Pada pertemuan ini menghadirkan pembicara-pembicara yang memiliki pengalaman di dunia difabilitas. Selain itu juga menghadirkan pembicara dari pakar-pakar. Mereka adalah:
Pada pertemuan ini menghadirkan pembicara-pembicara yang memiliki pengalaman di dunia difabilitas. Selain itu juga menghadirkan pembicara dari pakar-pakar. Mereka adalah:
Ahmad Muqowam adalah seorang anggota DPR RI periode 2014-2019 yang lahir di Salatiga pada 1 Desember 1960. Beliau telah memiliki seorang istri bernama Titik Rachmawati dan dikaruniai tiga orang anak. Pendidikan terakhir beliau adalah S1 Universitas Diponegoro di tahun 1987. Beliau mendapat total 34.835 suara dalam pemilihan legislatif di tahun 2004.
Pada pertengahan tahun 2011 beliau mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Saat Muktamar VII PPP, beliau mulai mencari dukungan mulai dari Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC). Beliau juga menegaskan bahwa telah memaksimalkan usaha agar para kader memilih beliau saat acara Muktamar nanti. Beliau juga mengaku telah siap dalam menghadapi pemilihan tersebut dan akan membawa tatanan baru dalam organisasi partai politik.
Sebelum dilaksanakannya Muktamar, terdengar berita bahwa Ahmad Muqowam telah mendapat dukungan 80 persen dari para pengurus DPP untuk maju sebagai Calon Ketua Umum PPP untuk periode 2011-2016. Pada umumnya para pendukung Ahmad Muqowam merasa kecewa dengan kinerja ketua sebelumnya, Suryadharma Ali. Selain mendapat dukungan dari mayoritas pengurus DPP, beliau juga dikabarkan telah mendapatkan persetujuan dari Dewan Pimpinan Wilayah PPP Jawa Tengah yang juga merupakan salah satu basis suara untuk PPP dalam Pemilu 2009.
Selain Ahmad Muqowam, Suryadharma Ali juga berniat untuk kembali mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PPP, disamping calon lainnya Ahmad Yani yang juga merupakan anggota Komisi Hukum DPR. Muchdi PR yang di gadang-gadang juga akan ikut dalam meramaikan bursa Calon Ketua Umum PPP secara terang-terangan mendukung Ahmad Muqowam sebagai Ketua Umum PPP periode 2011-2016 karena Muchdi sendiri sudah tak memiliki peluang dalam pemilihan tersebut.
Drs. H. Abdul Kholiq Arif, M.Si (lahir di Wonosobo,Jawa Tengah, 16 September 1968; umur 46 tahun) adalah bupati Wonosobo. Ia diusung oleh tiga partai politik yakni PKB, Golkar dan PPP. Sebelum menjadi bupati ia aktif sebagai kader Partai Kebangkitan Bangsa. Ia juga pernah menjadi wartawan harian Jawa Pos dari tahun 1992 hingga 2000. Ia sangat terinspirasi dari sikap Abdurrahman Wahid yang sangat menghargai kerukunan antar umat beragama. Maka dari itu, sejak menjadi bupati ia bertekad untuk mempermudah proses pengurusan rumah ibadah di wilayah Wonosobo. Selain itu ia juga memiliki program untuk mempermudah proses perizinan usaha.
Dra. Arni Surwanti, M. Si adalah seorang dosen Manajemen Ekonomi mengajar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Lulusan Pasca Sarjana UGM selama ini bergulat dalam advokasinya dengan bekerja di lembaga CIQAL yang sampai sekarang sudah tumbuh pesat menjadi lembaga yang disegani pemerintah untuk memperjuangkan perekonomian bagi difabel dengan program pemberdayaan ekonomi.
Ishak Salim adalah seorang Peneliti di bidang Ekonomi-Politik dan Pengorganisir organisasi pedagang pasar lokal di Makassar. Sejak September 2013, Alumni Institute of Social Studies (ISS) The Hague 2006/7 ini kembali melanjutkan studi PhD di Jurusan Ilmu Politik UGM dengan fokus kajian adalah ‘Politik Kesejahteraan di Indonesia’. Saat ini, selain “nyantri” di UGM Ishak juga sedang mendalami ‘Diskursus Difabel’ di Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB).
Suharto, S.S., M.A. adalah salah seorang pendiri Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB) yang banyak terlibat dalam advokasi kebijakan demi mewujudkan kebijakan yang berperspektif difabilitas, baik di tingkat lokal maupun nasional. Selain di SIGAB, pria kelahiran Pati, 11 Juni 1974 ini juga pernah menggawangi penerbitan Jurnal Demokrasi dan buletin Siar Demokrasi di Forum LSM DIY dari tahun 2003 hingga 2008.
Alumnus Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu-ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (1995-2000) ini juga dikenal sebagai penulis novel-novel tentang kehidupan kaum difabel. Beberapa karyanya yang pernah terbit pada tahun 2000-an antara lain Petualangan si Gun, Layang-layang Putus, Semua Sayang Kamu, Menjadi Nyanyian dalam Keheningan, Menjadi Cahaya dalam Kegelapan, Belajar dari si Pincang, Bangga Jadi Anak Merdeka, dan Berbagi Sahabat. Ia juga menulis buku Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya yang juga terbit pada medio 2000-an.
Peraih gelar Master of Arts (MA) dari International Institute of Social Studies of Erasmus University Rotterdam (ISS-EUR) Belanda jurusan Human Rights, Development and Social Justice (2009-2010) ini juga menerbitkan buku Diffability and Community-based Empowerment: Lessons from the Translation of the Rights to Work of Impaired People in Indonesia yang diterbitkan oleh VDM Jerman tahun 2011, artikel ‘Community-based Empowerment for Advocating Diffability Rights in Indonesia’ di majalah DevISSues volume 13/1 terbitan ISS-EUR tahun 2011, dan artikel ‘Community-Based Rehabilitation: Evolution from Medical-oriented Approach to the Dream of Inclusive Development’ di Jurnal Inklusi yang diterbitkan oleh Pusat Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2014).
Semenjak tahun 2013 ia memperoleh beasiswa Australia Leadership Awards dari pemerintah Australia untuk melanjutkan PhD di Griffith University School of Human Services and Social Work dengan judul thesis ‘Community Based Difability Economic Empowerment: Lessons from CBR-local Government Interactions in Central Java, Indonesia’ (2010-2014).
Di mata Hj. Yuni Setia Rahayu S.S., M.Hum. yang akrab di panggil Neny ini, Sleman memiliki cukup banyak potensi yang bisa dikembangkan dan memiliki dukungan keuangan yang cukup memadai. Ia juga merasa beruntung tinggal di Sleman, sehingga sebagai wakil bupati akan mendorong saja untuk kemajuannya.
Muhammad Joni Yulianto, pria kelahiran Banyumas, 26 Juni 1980 ini telah aktif sebagai pembela hak difabel sejak meraih gelar sarjananya dari Universitas Negeri Yogyakarta. Tumbuh sebagai seorang tunanetra semakin mengukuhkan keterpanggilannya sebagai pejuang kesetaraan difabel. Pada tahun 2011, ayah 3 anak ini menyelesaikan program Masters in Public Administration di Lee Kuan Yew School Of Public Policy, National University of Singapore.
DR. IR . SUJANA ROYAT, DEA
[Alumni Planologi ITB Angkatan 1973]
“Bagi Saya, Prinsip adalah Bos Utama!”
Pria kelahiran Madiun pada tahun 1953 ini telah malang melintang di dunia advokasi sejak awal 90-an dengan mendirikan Dria Manunggal pada tahun 1991, sebuah lembaga untuk pemberdayaan difabel. Beliau menjadi difabel netra pada tahun 70-an karena sebuah kecelakaan. Bermula dari perbincangan beliau dengan Alm. Mansyour Fakih lah istilah “difabel”
Pegawai dari Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dikpora DIY)
Lebih dari 13 Tahun berpengalaman di bidang pendidikan alam bebas dan kegiatan penyelamatan, termasuk 4 tahun berturut turut bekerja pada bidang kemanusiaan. Kompetensi yang dimiliki adalah mitigasi bencana, logistik dan sistem informasi. Selain itu memiliki kemampuan untuk membuat program kegiatan yang berkaitan dengan anak anak, lingkungan hidup, pengembangan sumber daya manusia, kegiatan alam bebas, penyelamatan, fotografi, wisata dan teknologi informasi. Saat ini bergabung dengan Combine Resource Institution.
Ahli arsitektur dari Fakultas Arsitektur UGM Extension Yogyakarta
Sigit Pamungkas adalah dosen Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Setelah lulus S-1 dari UGM pada 2001, dia menjadi asisten dosen di almamaternya selama 2003-2005.
Sri Surani Pribadi asal Boyolalli adalah anggota KPU Kota Yogyakarta. Sebelumnya dia malang melintang bekerja di dunia LSM yang membidangi politik kepemiluan, demokrasi juga gender.
Aktifis menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.H. Pria kelahiran Lampung pada tanggal 2 Maret 1961 tercatat aktif dalam berbagai kegiatan kampus dan pada akhirnya mengabdi sebagai dosen di almamaternya, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII).
Pendidikan formal Strata 1 diselesaikan Ketua Bidang Pengawasan Hakim dan Investigasi Komisi Yudisial di FH UII Yogyakarta pada tahun 1987. Selanjutnya, pada tahun 1997 menyelesaikan pendidikan strata dua di Fakultas Sosial dan Politik UGM. Kemudian, gelar doktor diraihnya pada tahun 2010 melalui Progam Doktoral UII.
Karier Suami dari Aniyah Widayati, S.E., ini dimulai pada tahun 1990 sebagai dosen FH UII, dan dua tahun kemudian dipercaya sebagai Pembantu Dekan III FH UII hingga 1995. Dalam kurun tahun 1998 -2000 mendapatkan kepercayaan sebagai LKBH FH UII. Selain dosen, Ia pernah menduduki jabatan sebagai Ketua KPU Provinsi DIY periode tahun 2003-2008, dan Direktur PUSHAM-UII sejak tahun 2000 hingga 30 Juni 2010.
Welasiman, adalah Kepala Desa Terong Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul periode 2012 – 2018. Desa Terong merupakan desa inisiator Sistem Informasi Desa (SID) dan menjadi tempat belajar oleh banyak pemerintah desa atapun supra desa karena keberhasilannya. Pemanfaatan radio komunitas untuk diseminasi informasi menjadi ciri khas tersendiri dalam menyampaikan informasi atau menampung aspirasi dari warganya.