Pria kelahiran Madiun pada tahun 1953 ini telah malang melintang di dunia advokasi sejak awal 90-an dengan mendirikan Dria Manunggal pada tahun 1991, sebuah lembaga untuk pemberdayaan difabel. Beliau menjadi difabel netra pada tahun 70-an karena sebuah kecelakaan. Bermula dari perbincangan beliau dengan Alm. Mansyour Fakih lah istilah “difabel” akhirnya mulai digunakan sebagai sebuah counter terhadap istilah yang “mencacatkan” yang dipakai sebelumnya. Setahun yang lalu beliau baru menyelesaikan tugasnya sebagai PNS di salah satu SLB di Bantul, dan dari jabatannya sebagai Kepala Pusat Sumber Pendidikan Inklusif DIY. Dalam gerakan difabilitas, beliau banyak terlibat pada berbagai proses advokasi, di antaranya yang terkini adalah sebagai salah satu tim drafter Perda DIY No. 4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas beserta beberapa pergub yang diamanatkan oleh Perda tersebut. Saat ini beliau masih terus mengembangkan peta tactual (peta raba) untuk difabel netra. Di usianya yang sudah sangat senior, semangatnya masih terus membara untuk selalu memperjuangkan kehidupan yang lebih baik bagi difabel, salah satunya dengan advokasi untuk pemenuhan hak pendidikan bagi difabel melalui pendidikan inklusif.