
A. Latar Belakang
Akses untuk mendapatkan pendidikan dan memperoleh pendidikan yang layak telah mendapatkan perhatian dari pemerintah dan masyarakat secara luas, seiring dengan tuntutan terhadap semakin ketatnya persaingan dalam memperoleh penghidupan dan kebutuhan untuk meningkatkan kwalitas sumber daya manusia. Meski berbagai upaya telah dilakukan untuk memenuhi hak warga negara terhadap pendidikan, namun hingga saat ini masih terdapat beberapa kelompok anak yang masih mengalami tantangan untuk dapat memperoleh pendidikan. Kelompok-kelompok tersebut seperti anak dari kelompok masyarakat pra sejahtera, anak di daerah terpencil, anak korban bencana, dan termasuk juga anak yang memiliki kebutuhan khusus atau anak dengan disabilitas.
Sejak sekitar tahun 2000an, pemerintah Indonesia telah mulai mengembangkan penyelenggaraan pendidikan inklusif seiring dengan dicanangkannya pendidikan untuk semua oleh UNESCO. Melalui penyelenggaraan pendidikan inklusif ini, diharapkan sekolah-sekolah dapat memberikan akses yang seluas-luasnya bagi anak-anak yang termarginalkan untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan khusus mereka. Namun hingga saat ini, penyelenggaraan pendidikan inklusif ini belum dapat berjalan secara optimal diakibatkan oleh beberapa factor seperti lemahnya kebijakan, penganggaran, dan implementaasi program di tingkat daerah yang dapat meningkatkan kwalitas penyelenggaaan pendidikan inklusif, terbatasnya pengetahuan dan keterampilan para guru dalam menyelenggarakan pendidikan yang inklusif, kesiapan sarana dan prasarana di sekolah, dan terbatasnya pegetahuan, kesadaran, dan dukungan dari masyarakat. Yayasan Wahana Inklusif Indonesia adalah sebuah lembaga yang berperan dalam mendukung penyelenggaran pendidikan inklusif dan pemenuhan hak mendapatkan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Upaya ini dilaksanakan dengan menyelenggarakan advokasi pendidikan bagi anak dan orangtua, penyediaan
aktifitas di luar jam sekolah bagi anak berkebutuhan khusus dan anak lainnya, pelatihan bagi sekolah, pegawai pemerintah, dan masyarakat, pendampingan terhadap sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, serta kampanye kepedulian. Mengingat pentingnya pelibatan masyarakat desa dan warga sekolah di pedesaan dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif dan pemenuhan hak mendapatkan pendidikan bagi anak dengan disabilitas, Yayasan Wahana Inklusif Indonesia bermaksud memfasilitasi lokakarya tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif pada Temu Inklusi 2016. Melalui penyelenggaraan workshop ini, diharapkan terjadinya penguatan pemahaman para pemangku kepentingan di pedesaan tentang pendidikan inklusif itu sendiri dan tukar-menukar informasi dalam rangka
meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan inklusif di masa yang akan datang.
B. TUJUAN UMUM :
Penyelenggaraan lokakarya ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif dan meningkatkan kesadaran tentang peran pemangku kepentingan dalam meningkatkan kwalitas penyelenggaraan pendidikan inklusif, terutama di desa.
C. TUJUAN KHUSUS :
- Mengenalkan sekelumit tentang Yayasan Wahana Inklusif Indonesia
- Mengenalkan pada peserta tentang konsep pendidikan inklusif dan kebijakannya
- Mengenalkan pada peserta tentang keragaman peserta didik beserta bentuk-bentuk pengakomodasiannya
- Mengenalkan pada peserta tentang proses identifikasi, asesmen dan pengambilan keputusan terhadap kehadiran peserta didik di sekolah.
- Mengenalkan pada peserta tentang proses mengadaptasi kurikulum dan pengembangan PPI
- Mengenalkan pada peserta tentang manajemen kelas inklusif
- Mengajak peserta mengidentifikasi peran masing-masing dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif.
D. PESERTA KEGIATAN
Lokakarya ini dapat diikuti oleh 25 sampai 30 peserta. Peserta lokakarya ini meliputi Kepala sekolah, guru-guru sekolah, pengawas sekolah, orangtua, penggiat pendidikan, organisasi penyandang disabilitas, jajaran pemerintahan, dan masyarakat pada umumnya.
E. Metode Penyelenggaraan..
Kegiatan workshop ini akan diselenggarakan dengan menggunakan pendekatan partisipatif yang menstimulasi peran peserta yang lebih banyak dalam upaya memahami setiap topik yang dibahas. Pendekatan partisipatif ini akan dilakukan melalui penerapan metode diskusi, tanya jawab, kerja kelompok, dan simulasi. Penggunaan metode ini akan memungkinkan peserta lebih memahami topik yang dibahas dan memberikan ide yang memperkuat penyelenggaraan pendidikan inklusif
itu sendiri.
F. Alokasi waktu dan Agenda Kegiatan.
Waktu yang dialokasikan untuk penyelenggaraan lokakarya ini adalah kurang lebih 5 Jam